Rasulullah saw beserta para sahabatnya memberi teladan yang berharga bagi kita berkenaan dengan saling mencintai di antara mereka. Beliau amat mencintai para sahabatnya dan seluruh orang-orang yang beriman, begitu pula sebaliknya. Pernah beliau marah pada Umar ibnul Khaththab karena Umar sempat tidak mau memberi maaf pada Abu Bakar. Padahal, Abu Bakar adalah orang yang lebih dulu membenarkan dan menolong Rasulullah saw.
Dalam contoh lain, Rasulullah saw pernah menjamin bahwa tidaklah seorang mencintai Ali bin Abi Thalib melainkan ia beriman dan tidaklah seorang membenci Ali melainkan ia munafik. Hal yang sama juga ditekankan oleh beliau atas orang-orang Anshar. Beliau juga bersabda "Janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku, karena Allah swt akan mengutuk orang yang mencaci sahabatku." Masih banyak lagi contoh-contoh kecintaan Rasulullah saw. kepada para sahabat lainnya, tapi tidak akan dipaparkan seluruhnya di artikel ini.
Adapun kecintaan para sahabat kepada Rasulullah saw adalah kecintaan yang luar biasa dan sulit dicari bandingannya. Seorang lelaki mengatakan bahwa cintanya pada Allah swt dan Rasul-Nya merupakan satu-satunya persiapan dalam menghadapi hari Kiamat. Maka, Rasulullah saw bersabda, "Engkau beserta orang yang engkau cintai."
Ketika Rasulullah saw sakit menjelang ajal, seseorang memberitahukan kepada beliau bahwa orang-orang Anshar, laki-laki dan wanita, berkumpul di masjid dan smeuanya menangis karena mengkhawatirkan wafatnya beliau. Sementara itu, kedua mata Ibnu Umar selalu menitikan air mata setiap kali menyebut nama Rasulullah saw. Seperti itulah kecintaan para sahabat pada Rasulullah saw.
Ikatan cinta di antara para sahabat sendiri juga sangat kokoh dan indah. Bahkan, kebencian mereka bisa segera berubah menjadi cinta begitu musuhnya menyambut hidayah dan masuk Islam, seperti sikap Umar Ibnul Khaththab terhadap Umeir bin Wahab. Ketika Umeir datang ke Madinah dengan maksud membunuh Nabi saw. Umar menghadangnya dan siap memeranginya. Namun, Umeir ternyata masuk Islam di tangan Rasulullah saw. Umar pun berkata, "Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya! Sesungguhnya aku lebih suka melihat babi dari pada si Umeir sewaktu mula-mula ia muncul di hadapan kita...! Tetapi sekarang aku lebih suka kepadanya daripada sebagian anak-anakku sendiri...!"
Di antara para sahabat terkadang juga terjadi perselisihan, tetapi mereka segera memperbaikinya dan menebusnya dengan yang lebih baik. Abu Dzar al-Ghifari pernah berselisih dengan Bilal bin Rabbah hingga ia berkata, "Hai anak hitam!" Seketika itu juga Rasul saw menegurnya, "Hentikan segera....hentikan segera...! Sekali-sekali tidak ada kelebihannya satu dengan yang lainnya kecuali dengan amal saleh." Abu Dzar segera menyadari kesalahannya. Ia menyesali perbuatannya dan meletakkan pipinya di atas tanah seraya berkata pada bilal, "Injaklah pipi saya." Namun, Bilal memaafkan Abu Dzar.
Suatu ketika terjadi percekcokan mulut antara Khalid dan Sa'ad. Lalu muncul seseorang yang menghina Khalid di hadapan Sa'ad. Maka Sa'ad berkata, "Enyahlah kau. Perselisahan ini tidak sampai mengotori agama kami."
Umar pun pernah mencopot Khalid bin Walid dari kedudukannya sebagai panglima pasukan karena tidak setuju dengan beberapa tindakan Khalid. Khalid menerima keputusan Khalifah Umar kendati ia merupakan panglima yang selalu berhasil di lapangan. Orang sering melihat hal ini sebagai bibit permusuhan di antara kedua sahabat ini. Kenyataannya, Umar bersedih hati ketika Khalid sakit menjelang ajal dan menangis ketika Khalid wafat. Ini menggambarkan dalamnya kecintaan di antara mereka.Alangkah indahnya persaudaraan yang dicontohkan oleh generasi awal Islam ini.
Semoga kita dimudahkan untuk mengikuti jejak mereka :)
No comments:
Post a Comment