Bekerja dan Menghasilkan

    Sebagian orang mengira bahwa beriman kepada agama dan konsisten dengan akidahnya serta prinsip-prinsipnya memeperlambat roda produksi dan menghalangi perjalanan etos kerja serta aktivitasnya. Sesungguhnya produksi ekonomi secara khusus membutuhkan kebebasan tanpa terikat dengan aturan-aturan agama dan akhlak, juga dalam lapangan kerja tidak ada peluang untuk ibadah, inilah anggapan sebagian orang.
Realitanya, hal ini adalah kesalahan besar dan kedustaan yang sangat jelas terhadap islam, sekaligus terhadap kerja dan produksi itu sendiri. Islam meyerukan untuk bekerja dan menghanjurkan agar memantapkan serta melipatgandakannya, Islam juga menjadikan kerja sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah swt, karena Rasulullah saw pernah bersabda;
"Sesungguhnya Allah swt suka bila salah seorang di-antara kalian bekerja dan ia memantapkan kerjanya."
Pada tabiatnya suatu pekerjaan tidak akan berkembang, bertambah dan berlipat melainkan jika berada dalam suasana yang amanah, ikhlas dan ada faktor pendorong yang abstrak maupun konkret. Faktor-faktor pendorong ini tidak akan sempurna kecuali dari celah-celah keimanan dan akhlak yang diimani oleh manusia.
Karena pentingnya beramal dalam islam, dalam ayat-ayat Al-Qur'an telah disebutkan tentang beramal lebih dari tujuh puluh kali dikaitkan dengan shalihat, hingga amalan (pekerjaan) tersebut menjadi bermanfaat untuk kebaikan di dunia dan akhirat.
Untuk mewujudkan pekerjaan dan produksi yang sukses cemerlang, Islam memiliki tips-tips sebagai berikut;
- Berkeyakinan bahwa pahala di akhirat tergantung sahnya amalan seseorang dan kebaikannya. Allah swt berfirman, "Tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik." (Qs. Al Kahfi (18):30) Allah Azza wa Jalla juga berfirman, "Barangsiapa yang mengejarkan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula." (Qs. Az-Zalzalah (99): 7-8) Faktor ini merupakan dorongan terbesar dalam gerakan dan amalan yang bermanfaat serta produksi yang berfaidah.
- Takut kepada Allah swt, khawatir dari meremehkan atau mengabaikan (pekerjaan). Sesungguhnya seorang Muslim melakukan pekerjaannya dengan kesungguhan yang lebih dan memantapkannya karena perasaannya yang mendalam dan keyakinannya yang kuat bahwa Allah swt mengawasinya dalam bekerja, Dia melihatnya saat di pabrik atau di Bengkel dan dimanapun serta dalam keadaan apapun juga. Dengan dasar seperti ini, akan baiklah pekerjaannya karena keyakinannya bahwa Allah swt melihatnya meskipun dia tidak melihat-nya.
- Ketenangan jiwa yang dihasilkan dari keimanan merupakan dampak yang sangat jelas dalam pekerjaan dan produksi. Sesungguhnya manusia yang pikirannya melayang atau goncang, tidak stabil atau putus harapan, maka sulit baginya untuk bisa membaik dalam pekerjaannya dan sulit pula membuahkan kebaikan.
- Seorang Muslim sangat menyadari akan pentingnya waktu dan larangan menyia-nyiakannya dalam perkara yang tidak ada faidahnya. Waktu (bagi seorang Muslim) akan membuahkan hasil dalam mendorong perputaran roda kerja untuk sampai kepada kemajuan, hal ini berperan dalam mendongkrak dan menambah laju produksi.
- Dalam Islam, ibadah shalat, puasa, haji dan yang lain-lainnya memberikan andil dalam mengatur ritme hidup seseorang Muslim dan mensupportnya untuk menambah etos kerja serta aktivitasnya. Allah swt berfirman, "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (Qs. Al Jum'ah (62): 10).
- Islam memuliakan dan menganjurkan untuk bekerja, serta menyerukan untuk memberikan perhatian terhadap masalah ini, bahkan tatkala seorang Muslim telah melihat ajal berada di depan matanya, sesuai sabda Rasulullah saw,
"Bila kiamat menimpa salah seorang dari kalian dan di tangannya terhadap bibit pohon kurma, maka tanamlah (terlebih dahulu)."

Semoga Bermanfaat Buat Kita Semua :)


No comments:

Post a Comment