Tentang Bung Tomo

Sutomo yang akrab dipanggil Bung Tomo, lahir di Surabaya pada tanggal 3 Oktober 1920 dan meninggal ketika melaksanakan ibadah haji, saat wukuf di Padang Arafah pada tanggal 7 Oktober 1981. Pendidikan dasarnya HIS Surabaya (7 tahun), tingkat lanjutan Leidse Scrift Onderwiys HBS (5 tahun), kemudian masuk Fakultas Ekonomi UI pada 1959 dan prayudisium 1968 (menulis skripsi).
Bung Tomo memiliki seorang istri bernama Hj. Sulistina Sutomo (lahir 25 Oktober 1925) dan dikarunia empat orang putra-putri, yakni Ir. Tin Sulastami (29 Juni 1948), Drs. Bambang Sulistomo (22 April 1950), Drg. Sri Sulistami (16 Agustus 1951), dan Dra.Psi. Ratna Sulistami (12 November 1958).
A. Masa Remaja dan Menginjak Dewasa
Pada masa remaja Bung Tomo aktif sebagai anggota Gerakan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI), lulus Ujian Pandu kelas I (yang pertama di Jawa Timur dan kedua untuk seluruh Indonesia yang waktu itu hanya ada tiga pandu kelas I; menjadi Sekretaris Parindra Ranting/Anak Cabang di Tembok Duku, Surabaya (sekitar tahun 1937); serta Ketua Kelompok Sandiwara Pemuda Indonesia Raya di Surabaya, mementaskan cerita-cerita perjuangan pada tahun 1939 sampai Balatentara Jepang datang.
Setelah dewasa menjadi wartawan freelance di harian Soeara Oemoem di Surabaya (1937); wartawan dan penulis pojok di harian berbahasa jawa Ekspres di Surabaya (1939); redaktur mingguan Pembela Rakyat di Surabaya (1938); pembantu/korenponden untuk Surabaya, majalah Poestaka Timoer Yogyakarta, sebelum perang di bawahan asuhan almarhum Anjar Asmara (1939-1941); Wakil Pemimpin Redaksi Kantor Berita Pendudukan Jepang DOMEI  bagian bahasa Indonesia, untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya (1942-1945) dan untuk menghindari sensor Balatentara Jepang, bersama wartawan senior Romo Bintarti memberitakan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dalam tulisan berbahasa jawa; serta menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Indonesia Antara di Surabaya (1945).
B. Masa Revolusi Fisik (1945-1949)
Menjadi Ketua Umum/Pucuk Pimpinan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) dengan cabangnya di seluruh wilayah Indonesia. BPRI mendidik, melatih, dan mengirimkan kesatuan-kesatuan bersenjata ke seluruh wilayah Tanah Air. Setiap malam mengucapkan pidato dari radio BPRI untuk mengobarkan semangat perjuangan yang selalu di-relay oleh RRI di seluruh wilayah Indonesia (1945-1949). Sebagai Pimpinan BPRI sejak tanggal 12 Oktober 1945 sampai bulan Juni hingga BPRI dilebur menjadi Tentara Nasional Indonesia.
Selain itu, dia menjadi anggota Dewan Penasehat Panglima Besar Jenderal Soedirman dan Ketua Badan Koordinasi Produksi Senjata seluruh Jawa dan Madura. Pada tanggal 05 Oktober 1947 dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai anggota pucuk pimpinan Tentara Nasional Indonesia bersama Jenderal Soedirman, Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo, Komodor Surjadarma, Laksamana Nazir, dan sebagainya dengan pangkat Jenderal Mayor TNI AD yang bertugas sebagai Koordinator AD, AL, dan AU di bidang informasi dan perlengkapan perang.
Selanjutnya anggota Staf Gabungan Angkatan Perang RI; Ketua Panitia Angkatan Darat (membawahi bidang kereta api, bis antarkota, dan sebagainya dengan tugas mengoordinasikan semua alat angkutan darat diwilayah RI) dan bertanggung jawab langsung kepada Panglima Besar TNI; Pada tanggal 09 Oktober 1947 (empat hari setelah susunan Angkatan Bersenjata RI terbentuk) membuat siaran/pengumuman panggilan masuk Kemiliteran RI yang pertama, di sini Bung Tomo membuat redaksionalnya dan pengetikkannya oleh Muljoto (Brigjen TNI Purn. dr. Muljoto).
C. Tugas dan Pengalaman Khusus
Mempersiapkan wilayah Gunung Lawu (Lawu Complex) bersama Laksamana Nazir, atas perintah Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman sebagai persiapan Pusat Komando RI Tertinggi dalam situasi perang.
Melakukan perundingan dan penyusunan strategi bersama Presiden Soekarno beserta kabinetnya (Oktober 1945 di Gedung Proklamasi). Pada waktu itu Presiden Soekarno meminta informasi dan saran tentang bagaimana caranya agar tentara pendudukan Jepang bersedia menyerahkan senjatanya kepada bangsa Indonesia, seperti yang telah terjadi di Surabaya, yaitu Jepang menyerahkan senjatanya atau direbut langsung oleh rakyat. Presiden Soekarno setuju dengan saran tersebut, kemudian dari saran tersebut dikeluarkan instruksi yang ditandatangani oleh pimpinan KNI (Komite Nasional Indonesia/parlemen sementara) dan kepala Polisi RI. Soekanto, sebagai wakil Menteri Dalam Negeri Wiranatakusumah. Instruksi untuk daerah Jawa Timur kemudian dibawa Bung Tomo.
Setelah mendapat laporan dari penghubung dari kesatuan BKR Surabaya, Polisi, dan para Pemuda (seperti Sdr. Roeslan dari Laskar Minyak, Sdr. Abdul Rachman, dan Sdr. Ngaleh dari Pemuda Republik Indonesia Surabaya Utara), bahwa tentara Sekutu/Inggris mulai menembak dan bergerak diluar daerah pelabuhan, maka pada tanggal 10 November 1945 pagi, melalui pidato perjuangan di radio BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia), atas nama rakyat Indonesia di Surabaya dan Jawa Timur menyatakan perang. Dan demikian kesatuan-kesatuan bersenjata RI bersama seluruh rakyat pejuang di Surabaya membalas serangan tentara Sekutu/Inggris.
Tentara Sekutu/Inggris adalah kesatan elit militer yang terlatih dan terbiasa di medan pertempuran saat Perang Dunia II, tetapi perlawanan rakyat Surabaya selama beberapa minggu telah menimbulkan kerugian yang tak ternilai harganya. Hal tersebut membuktikan bahwa semangat juang bangsa Indonesia meskipun dengan persenjataan yang sederhana, telah menunjukan harga dirinya di mata dunia Internasional.
D. Karir Kenegaraan 
Menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran/Menteri Sosial Ad Interim (1955-1956); anggota DPR Republik Indonesia hasil pemilihan umum pertama (1956-1959); Ketua II (Bidang Ideologi Sosial Politik) Markas Besar Legium Veteran (196..-19..).
E. Menulis Buku
1. Kepada bangsaku (1946).
2. 10 November 1951 (1951).
3. Koordinasi dalam Republik Indonesia (1953).
4. Ke Mana Bekas Pejuang Bersenjata (1953).
5. Gerakan 30 September (1966).
F. Tanda Jasa yang Diterima
Bung Tomo dianugerahi Satya Lencana Kemerdekaan, Bintang Gerilya, dan Bintan Veteran Republik Indonesia. Selain itu, juga mendapat SK Pensiun Bekas Menteri Negara Urusan Berkas Pejuang dan Menteri Sosial Ad Interim, SK pensiun Bekas Anggota ABRI (Mayor Jenderal TNI AD), dan SK Pensiun Bekas Anggota DPR.

     Sobat Muda, semoga perjuangan Bung Tomo ada pada kita :)

No comments:

Post a Comment