Bisnis Budi Daya Lele

Budi daya lele, baik lele lokal maupun lele dumbo. Sudah lama dikenal dan digeluti masyarakat Indonesia. Dibandingkan dengan budi daya ikan air tawar lainnya, minat masyarakat untuk membudidayakan ikan tidak bersisik ini memang lebih tinggi dan lebih merata di berbagai daerah. Lantas, mengapa masyarakat sangat berminat menginvestasikan uang mereka untuk membudidayakan lele, terutama lele dumbo, dibandingkan dengan budi daya ikan air tawar lainnya?
Untuk menjawab pertanyaan diatas, kita bisa membahas dari sisi keuntungan yang dapat diperoleh seseorang dengan membudidayakan lele. Dengan kata lain, melihat prospek bisnis budi daya lele.
1. Tahan banting
Lele termasuk ikan yang terkenal "Tahan Banting". Untuk tetap bertahan hidup, lele tidak memerlukan kondisi atau persyaratan air khusus seperti halnya ikan air tawar lainnya. Ikan air tawar lain memerlukan oksigen terlarut dalam air yang cukup, sedangkan lele tidak terlalu membutuhkannya. Lele bahkan bisa menghirup oksigen di udara dengan cara menyembul ke permukaan air, karena lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin atau arborescent. Hal yang tak mungkin dilakukan ikan bersisik.
Kemampuan lele seperti yang disebutkan diatas membuat ikan ini dapat dibudidayakan hampir di setiap daerah dan disembarang tempat. Di suatu daerah yang minim air, bahkan di comberan pun, kasarnya, lele dapat dibesarkan dan dibudidayakan. Syaratnya, jangan menebar benih berukuran kecil. Gunakan ukuran 9-12 cm, atau bila perlu ukuran di atasnya. Meski demikian, dalam budi daya lele tak berarti kondisi air bisa diabaikan atau diremehkan begitu saja. Untuk memacu pertumbuhan, produktivitas, dan menjaga kesehatan lele, tentu saja ketersediaan dan pemeliharaan air menjadi hal penting yang harus dilakukan.
2. Masa pemeliharaan lebih singkat
Masa pemeliharaan lele lebih singkat dibandingkan dengan masa pemeliharaan ikan air tawar lainnya, baik pembenihan maupun pembesaran. Sebagai contoh, budi daya pembesaran lele yang dilakukan secara intensif, hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi, tegantung padat penebarannya.
Kondisi diatas berbeda dengan ikan air tawar lainnya yang memerlukan waktu pemeliharaan relatif lebih lama. Ikan nila misalnya, memerlukan waktu sekitar 5-6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Sementara itu, gurami membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk panen ukuran konsumsi.
3. Teknik pemeliharaan cukup sederhana
Dibandingkan dengan budi daya ikan bersisik, teknik yang digunakan pada pemeliharaan lele cukup sederhana. Peralatan dan bahan yang dipakai pun terbilang mudah ditemukan di sekitar kita. Namun, ada satu hal terpenting diperhatikan, yakni aspek ketelatenan.
Dalam hal pergantian air pun tak harus sesering seperti membudidayakan ikan bersisik. Pada tahap pembesaran, malah selama 10 hari pertama sejak penebaran, dianjurkan untuk tidak mengganti air sama sekali. Dalam pembesaran lele tidak memerlukan sistem air deras seperti yang dilakukan pada pembesaran ikan mas.
4. Siklus keuangan cepat
Masa pembenihan dan pembesaran lele yang relatif singkat membuat perputaran keuangan sangat cepat. Karena itu, tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menikmati keuntungan secara finansial dari hasil pemeliharaan lele. Apabila mempunyai kolam cukup banyak, dengan perputaran uang yang begitu cepat, dapat dimanfaatkan untuk membiayai operasional kolam lainnya, seperti membeli bibit dan membeli pakan (Makanan).
Selain itu, pembudidaya bisa mengatur waktu panen agar dapat berlangsung setiap minggu atau bulan. Caranya, penebaran bibit di beberapa kolam dilakukan secara bergilir dengan interval waktu yang diatur menurut rencana panen atau terget pasar.
5. Benih relatif lebih murah dan gampang diperoleh
Pada pembesaran lele, salah satu keuntungan lainnya adalah harga benihnya yang tidak terlalu mahal. Sebagai contoh, kisaran harga benih lele ukuran 5-7 cm sekitar Rp100-Rp 125 per ekor
6. Relatif tahan terhadap penyakit
Walaupun merupaka ikan tanpa sisik, lele dipersenjatai dengan lendir yang melapisi kulitnya. Lendir ini berguna untuk melindungi kulit atau tubuh lele, termasuk menangkal serangan penyakit. Karena itu, hindari perlakuan terhadap lele yang dapat mereduksi atau mengikis lendir di kulit lele. Jika dalam pemeliharaan lele diterapkan prinsip "Mencegah lebih baik daripada mengobati" akan menghindarkan lele dari serangan berbagai penyakit.
7. Permintaan pasar stabil
Permintaan lele, baik benih maupun konsumsi sangat stabil, bahkan terus meningkat. Implikasinya, usaha budi daya lele seperti tidak ada matinya. Permintaan lele untuk konsumsi, terutama diserap oleh segmen warung tenda atau populer dengan warung pecel lele. Selain itu, supermarket, rumah makan, dan restoran juga membutuhkan pasokan lele konsumsi yang cukup tinggi dan kontinu. Restoran dan hotel membutuhkan lele ukuran konsumsi biasa, baik lele hidup atau lele segar (Dalam keadaan mati). Supermarket memasok lele ukuran konsumsi. Umumnya, lele segar dengan ukuran 6-10 ekor/kg. Selain itu, supermarket meminta fillet lele dengan ukuran minimum 500 gram.

Semoga berhasil :) .  

No comments:

Post a Comment