"Van de economie, daar ken ik er de ballen van" (Tentang ekonomi aku tidak mengerti apa-apa), demikian kata bung karno, ketika menerima tamu dari negeri Belanda (Saya tidak ingat apakah Prof. Tinbergen ataukah Dr. Konijnenbeurg dari KLM). Tamu Belanda tersebut terkesan bukan akan pengetahuan ekonomi Bung Karno, tetapi tentang pengetahuan bahasa Belanda yang masih murni dan asli itu. Tentang Inflasi beliau berkata, "Een groot folk werkt met grote getallen" (Suatu bangsa yang besar bekerja dengan angka-angka besar pula! antara lain defisit dan inflasi yang besar), dan bahwa kita harus menyelesaikan revolusi at all cost, yang bertentangan dengan prinsip ekonomi at least cost.
Ketika DEKON dibicarakan dan mendapat tantangan di dalam dan di luar kabinet, Bung Karno marah dengan mengatakan antara lain bahwa masih ada saja orang yang mau menghitung-hitung secara jelimet (Jeli) dan mengukur pembangunan Indonesia yang maha besar ini dengan rekenlat (Mistar). Hanyaa Dr. Schacht, ekonom Jerman yang terkenal mendapat penghargaan, ketika penasehat ekonomi Hitler itu mengatakan bahwa satu-satunya jalan bagi Indonesia untuk keluar dari kemelut ekonomi adalah bekerja lebih keras dengan disiplin yang lebih tinggi. Penghargaan ini diberikan bukan karena kebenaran nasehat itu, tetapi karena ternyata Dr. Schacht menyetujui pendapat Bung Karno sendiri yang pada kesempatan lain mengatakan bahwa rezeki itu tidak jauh dari langit dan bahwa hanya dengan bekerja keras sesuatu bangsa akan memperbaiki nasibnya sendiri. Pretensi tidak tahu apa-apa tentang sesuatu adalah pretensi orang-orang besar dan termasuk dalam pembawaan dialektis orang-orang tersebut agar dengan sikap hati dan sederhana lebih besarlah kekaguman orang kepadanya.
Pengetahuan Bung Karno tentang ekonomi seperti yang terbaca dalam tulisan-tulisan, pidato-pidato, pledoi baik dalam polemik masyarakat maupun di depan pengadilan kolonial adalah berbobot. Dan memang hal ini tidak bisa lain, karena salah satu ciri kebangkitan nasionalisme serta perjuangan kemerdekaan bangsa adalah upaya memperbaiki nasib ekonomi rakyat jelata.
Masyarakat baru yang dicita-citakan adalah masyarakat adil dan makmur. Negara merdeka yang ingin dibangun adalah negara yang menyelenggarakan kesejahteraan dan keadilan sosial. Tentu pengetahuan Bung Karno tentang ekonomi tidak bisa disamakan dengan pengetahuan Bung Hatta. Karena, Bung Hatta telah memperoleh pendidikan formal dalam ilmu ekonomi, tentang hukum-hukum dan dalil-dalil ekonomi dan pendekatan-pendekatan ekonomi. Bung Hatta menguasai ilmu dan analisa tentang sistem dan proses ekonomi, sementara Bung Karno mempunyai feeling sebagai seniman cendekia tentang sistem ekonomi dengan segala implikasinya.
Semoga bermanfaat :)

No comments:
Post a Comment