Cara Cina Mengambil Hati Indonesia Dengan Jalur Organisasi Keturunan Etnis Tionghoa

Sejak tahun 1998, berbagai organisasi keturunan etnis Tionghoa terbentuk. Jumlah oerganisasinya banyak dan jenisnya pun beragam. Organisasi-organisasi tersebut dalam sembilan klasifikasi organisasi-organisasi tersebut dalam sembilan klasifikasi besar. Dua diantaranya masih ada keterkaitan dengan Cina daratan, yaitu organisasi yang terbentuk atas dasar kesamaan daerah asal di Cina dan berdasarkan kelompok bahasa seperti Hakka, Hokkian, Kanton dan Teochew.
Pada tahun 2005, misalkan, 1.200 tamu undangan menghadiri hari ulang tahun persatuan perkumpulan warga Guangzhou seluruh Indonesia, yang kemudian mengilhamipembentukan cabang di Yogyakarta. Agung Budiono, ketua panitia persiapan pembentukan perkumpulan warga Canton Yogyakarta, menyampaikan bahwa tujuan dari pembentukan organisasi-organisasi seperti ini adalah untuk memelihara kebudayaan luhur Guangzhou untuk memperkaya budaya bangsa Indonesia.
Meskipun organisasi-organisasi keturun etnis Tionghoa di Indonesia tampaknya lebih inward looking. Dalam pengertian bahwa mereka berusaha keras untuk tidak "Mengkotakkan diri" dan menjaga agar mereka tetap dianggap sebagai bagian dari Indonesia. Organisasi-organisasi seperti ini sering kali sekaligus merupakan pameran dan sasaran dari public diplomacy Cina. Kurang lebih dari 40 juta etnis Cina hidup tersebar di 130 negara. Mereka sangat beragam dan beijing ingin menjaga hubungan baik dengan mereka, bukan saja untuk mencegah mereka berpaling ke Taiwan, tetapi juga untuk menarik dana investasi mereka sekaligus untuk memajukan budaya Cina dan untuk melakukan lobi berbagai kepentingan politik mereka.
Akan tetapi, di Indonesia Beijing harus bersikap lebih bijak dan halus mengingat sejarah khusus keturunan etnis Tionghoa di Indonesia yang diwarnai oleh kecurigaan loyalitas mereka dan campur tangan pemerintah Cina dalam urusan dalam negeri Indonesia. Tenggang rasa pemerintah Cina terhadap sensitivitas "Pribumi" Indonesia dan kerapuhan kedudukan sebagian besar keturunan etnis Tionghoa di Indonesia terlihat saat peristiwa Mei 1998. Meskipun demikian, dalam perayaan hari kemerdekaan Cina yang diselenggarakan Kedutaan Besar Cina di Jakarta, tokoh-tokoh dari berbagai organisasi keturunan etnis Tionghoa tak pernah luput dari daftar undangan mereka dan para diplomat Cina pun juga diundang hadir untuk berbagai kegiatan organisasi keturunan etnis Tionghoa.
Bagi public diplomacy Indonesia sendiri, keturunan etnis Tionghoa juga dapat membantu memudahkan interaksi dan kerja sama dengan Cina. Mereka yang bergabung dalam Perhimpunan Pengusaha Indonesia (KIKT), dan Indonesia Business Association of Shanghai (IBAS). Misalkan, berguna untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada di Cina dan untuk menarik investor ke Indonesia.
Organisasi yang sudah lama berupaya mendekatkan RI dan Cina, walaupun bukan suatu organisasi yang eksklusif untuk keturunan etnis Tionghoa adalah lembaga kerja sama ekonomi, sosial dan budaya Indonesia-Cina, yang diketahui H. Sukamdani S. Gitosardjono, adik kandung Soeharto. Sebagai ketua umum KADIN Indonesia (1982-1988), Sukamdani gencar melakukan lobi untuk membuka kembali hubungan perdagangan langsung dengan Cina. Hasil dari upayanya adalah penandatanganan Nota Kesepahaman dengan pihak Cina pada bulan juli 1985. Setelah Sukamdani tidak lagi menjabat sebagai ketua umum KADIN Indonesia, Sukamdani mendirikan lembaga yang giat menyelenggarakan, mendukung ataupun mensponsori berbagai kegiatan yang bertujuan mendekatkan kedua negara tersebut, termasuk melalui acara-acara kesenian.

Semoga bermanfaat :)  

No comments:

Post a Comment