Ke Google atau Ke Perpustakaan Ia ???

Sekarang ini urusan mencari-cari informasi, banyak orang lebih nyaman mencari di Google ketimbang ke perpustakaan. Alasannya beragam, mencari di Google lebih mudah, tidak perlu keluar rumah, kenak macet dijalan, berpanas-panasan, atau bahkan hujan-hujanan dijalan. Mencarinya juga cukup bermodal kata kunci yang sederhana. Coba sedikit merenung, mungkin diri kita termasuk salah satu dari banyak orang yang lebih suka ke Google daripada ke perpustakaan.
Ini memang dunia yang sudah mulai dan sedang berubah. Mau tidak mau harus ada adaptasi dengan masuknya teknologi TI yang boleh dibilang sangat masif. Implementasi TI memang ke banyak lini kehidupan manusia. Termasuk ke perpustakaan juga harus melakukan perubahan, harus siap dan harus mau berubah dan mengadopsi TI dalam proses bisnisnya.
Untuk mengantisipasi agar perpustakaan tidak sepi pengunjung, memang diperlukan kiat-kiat jitu yang cerdas mengantisipasi manuver Google. Dengan demikian para kutu buku masih berminat pergi ke perpustakaan. Mungkin sebagian strategi itu adalah:
  • Implementasi TI ke banyak lini di perpustakaan. Proses bisnis di perpustakaan meliputi banyak hal. Pencarian dengan katalog, proses pengelolaan jurnal, pengelolaan laporan penelitian, penyimpanan materi multimedia, dan lain-lain. Semua hal tersebut perlu intervensi teknologi informatika agar memudahkan para pengunjung. Sebagian kegiatan tersebut telah tersedia perangkat lunaknya, seperti aplikasi OPAC dengan SLIMS, Open Journal System, dan lain-lain.
  • Digitalisasi materi cetak. Materi perpustakaan sekarang ini sebagian besarnya tersedia dalam bentuk cetakan. Perlu dilakukan ahli media atau pemasang ulang ke bentuk digital agar dapat diintervensi dengan teknologi informatika. Tentunya dengan mempertimbangkan aspek hukum diantaranya adalah tentang hak cipta.
  • Penerapan algoritma pencarian yang baik. Setelah digitalisasi, harus juga diterapkan algoritma yang baik dan penyimpanan database yang bagus pula agar menghasilkan pencarian yang cepat dan tepat.
  • Pengerucutan perpustakaan. Google adalah mesin pencari yang umum, Perpustakaan harus mengkhususkan diri pada subject tertentu agar menjadi alternatif yang baik bagi para pengunjung dalam penelusuran literatur. Misalnya, mengkhususkan diri tentang tanaman obat saja, litbangkes saja, vektor penyakit saja, atau yang lainnya. Inilah yang nantinya akan membedakannya dengan Google yang merupakan mesin pencari umum.
  • Menyediakan Pathfinder. Ada seorang pakar perpustakaan yang menyarankan agar disediakannya Pathfinder bagi para pengunjung perpustakaan. Pathfinder ini sejatinya merupakan panduan yang berisikan daftar sumber-sumber informasi terpilih yang dibuat oleh pustakawan dalam rangka membantu peneliti/mahasiswa dalam menulis paper, makalah, tugas akhir dan karya tulis ilmiah lainnya. Demikian keterangan yang disampaikan oleh Arie Nugraha, S.Hum, M. TI, dalam kegiatan lokakarya nasional .
Semuanya sekarang ini memang mengarahkan ke digitalisasi yang mengharuskan adopsi teknologi informasi. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri. Demikian juga dengan perpustakaan, agar perpustakaan tetap menjadi sumber untuk mencari informasi. Di dalam artikel ini adalah opini dangkal saja, mungkin pembaca mempunyai ide dan opini yang lebih baik.

Semoga bermanfaat :)

No comments:

Post a Comment