Manusia berusaha menuju paham. Ia tidak puas hanya menunjukan "Ini" dan "Itu". Ia akan bertanya, "Apa itu?" Manusia menuju paham dengan melihat suatu kesatuan dalam banyak hal yang secara individual berlainan. Suatu hal yang Semata-mata unik tidak memungkinkan lahirnya paham. Seorang anak yang selalu bertanya yang dilihatnya disekitar lingkungannya, "Apakah itu?" setiap jawaban atas pertanyaan itu memberikan pengetahuan baru untuk ia. Pada saat itu manusia mulai mengerti. Ia tahu masing-masing hal yang ada mempunyai identitasnya sehingga individu yang satu berbeda dari individu lainnya. Namun demikian, ia juga tahu bahwa di antara yang individual terdapat suatu kesatauan. Manusia menuju paham dengan melihat kesatuan di antara yang individual berlainan. Ketika masih anak-anak, manusia cepat merasa puas bila mendapat suatu jawaban. Setelah dewasa ia mulai berpikir sendiri. Jawaban yang datang dari luar diuji dalam diri dengan berdialog langsung dengan kenyataan yang menyatakan diri. Terdapat berbagai jenis kesatuan, maka terdapat juga berbagai jenis paham.
Manusia hadir pada diri sendiri. Dengan hadir pada diri sendiri, sumber pengetahuan baru terbuka melampaui dimensi empiris (Berdasarkan pengalaman). Sumber paham dan pengetahuan bukan hanya dari peninjauan secara cermat dengan berdasarkan pengalaman saja. Pertanyaan dan refleksi melampau segala observasi empiris. Manusia menemukan dalam dirinya suatu keterbukaan yang tak terbatas. Luas daerah pertanyaan sama dengan luas kenyataan. Hadir pada diri sendiri berarti bahwa manusia bukan semata-mata jasmaniah, melainkan juga rohaniah. Dengan akalnya, manusia melihat kemungkinan-kemungkinan yang terbuka, namun ia sendiri harus memilih. Manusia dapat tidak memilih, namun tidak memilih pun tetap merupakan suatu pilihan.
Ilmu-ilmu semakin bertambah dan beraneka ragam. Yang khusus untuk setiap ilmu adalah harus teratur dan sistematis. Pertanyaan harus dirumuskan dengan teliti, gambarannya harus terarah, perkembangan pikirannya berjalan secara metodis (Menurut metode) dan sistematis (Teratur menurut sistem). Daerah kenyataan yang dibahas dan sudut pandangnya ditentukan secara teliti. Metode vertifikasinya pun harus sesuai dengan pertanyaan. Dengan demikian, paham yang berdasarkan pengalaman beralih menjadi pembahasan ilmiah. Ilmu-ilmu beraneka ragam. Lama-kelamaan manusia semakin sadar bahwa pertanyaan yang menjadi titik tolak ilmu fisika berbeda dengan pertanyaan yang menjadi titik tolak filsafat dan berbeda pula dengan pertanyaan yang menjadi titik tolak metafisika. Masalah abstraksi pun berbeda-beda.
Yang penting ialah segala jenis paham mempunyai otonominya. Krisis kebudayaan muncul saat keseimbangan terpecah dan otonomi masing-masing jenis "Paham" tidak diakui lagi. Hanya kebenaran yang divertifikasikan secara empiris yang sungguh diakui sebagai kebenaran.
Anda juga bisa membaca Ebook dan melihat video agar anda bisa mengerti lagi tentang Psikologis anda. Klik disini
Semoga bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment