Memahami Kecerdasan Emosional Pada Remaja

Semua orang pasti setuju bila saya mengatakan bahwa masa remaja dikenal dengan masa mencari identitas diri. Yaitu fase di mana individu mengalami pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Fase remaja terjadi pada individu antara usia 12-18 tahun. Dalam masa ini biasanya individu akan merasa enggan bila ia disebut sebagai anak, sebab secara fisik ia merasa lebih matang dibandingkan fase anak-anak. Di lain sisi secara psikis ia mulai mampu menentukan sendiri segala sesuatu yang ada pada dirinya, sehingga peran orang tua hanya sekedar memberikan dukungan dan pengertian dalam wujud kasih sayang, beserta sikap adil dan jujur terhadap anak yang beranjak remaja.
Sebenarnya pada fase anak menuju remaja disisipi sebuah fase lagi disebut dengan fase pubertas, yaitu sebagai tolak ukur akan fase berikutnya karena adanya tumpang tindih peralihan fase anak dan fase remaja. Jika terjadi kesulitan pada fase tersebut maka dapat menyebabkan remaja mengalami hambatan untuk menghadapi tingkat perkembangan selanjutnya. Dalam tingkat perkembangannya, remaja banyak mengalami perubahan, seperti perubahan sistem kerja hormon dalam tubuhnya sehingga membawa perubahan secara psikis terutama emosi dan perubahan bentuk fisik.
Adanya perubahan emosi yang terjadi pada remaja tidak luput dari berbagai jenis pengaruh seperti misalnya lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya serta kegiatan yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Tak bisa dipungkiri bila masa remaja sangat identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Jika seorang remaja merasa kegiatan di sekolah tidak mampu menampung gejolak energi, maka ia akan meluapkan kelebihan energinya untuk hal-hal yang justru kurang begitu positif bahkan cenderung destruktif misalnya tawuran, kebut-kebutan di jalan raya, merusak sarana umum, dan lain-lain. Dengan contoh-contoh tersebut menunjukan fakta bahwa dalam diri remaja sebenarnya memiliki gejolak emosi yang cukup besar jika berinteraksi dalam lingkungan sekitar.
Luapan emosi yang tidak terarah dari remaja merupakan hal yang sebaiknya tidak terjadi apalagi jika melakukan kegiatan yang merugikan orang lain. Jadi sebaiknya remaja mengerti dan mempunyai kecerdasan emosional yang cukup untuk mengontrol gejolak emosinya. Kecerdasan emosional remaja akan tampak pada saat ia mampu mengungkapkan emosinya sendiri, menampakkan kesan yang positif dari dirinya, berusaha beradaptasi dengan lingkungan, dapat melakukan kontrol perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi yang sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada saat itu sehingga hubungan dengan orang lain dapat terjalin dengan baik.

Semoga bermanfaat :)    

No comments:

Post a Comment