Seorang Yang Cerdas dan Tidak Banyak Bicara

Siapa yang tidak kenal dengan tokoh yang satu ini, ia adalah Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec. Lahir pada tanggal 25 Febuari 1943. Anak muda dari kampung Kepanjen Lor, Blitar, Jawa Timur, itu merantau ke negeri kanguru, Australia. Ia punya mimpi melanjutkan pendidikannya, dengan berbekal beasiswa. Boediono, dari keluarga yang sederhana. Ia anak pedagang batik. Karena menyadari berasal dari keluarga yang kehidupannya tidaklah mewah atau berlimpahan harta, Boediono haruslah berusaha.
Ayahnya, Ahmad Siswo Harjono, sehari-hari berdagang batik. Sedang ibunya, Samilah, harus membantu keluarga dengan berjualan perhiasan. Mereka adalah keluarga sederhana, yang tekun, berhati-hati, cermat, dan berharap apa yang dikerjakannya berhasil memuaskan. Boediono sebagai anak pertama mempunyai dua orang adik. Seperti pada umumnya anak pertama, Boediono menjadi sosok yang bertanggung jawab.
Sebagai anak tertua, Boediono ternyata sangat bersahaja sehingga kalau disuruh yang aneh-aneh, sulit dan susah. Sulit dan susah bukan karena tidak punya uang, tapi boediono adalah anak yang tidak suka aneh-aneh. Tapi, siapa sangka kalau anak pedagang batik itu akhirnya menjadi wakil presiden melalui kemenangannya pada pemilu 2009? Apakah wakil presiden merupakan jabatan yang aneh? Barangkali bukan. Itu jabatan yang harus ada dalam sistem pemerintahan kita. Ada presiden ada wakil presiden. Jabatan wakil presiden hampir seperti sebuah hadiah, yang tak pernah ia bayangkan sebagai seorang ekonom.
Perjalanan Boediono bahkan harus diawali dengan pengalaman merantau. Ke Australia, karena mendapat beasiswa Colombo Plan. Ketika sekolah di SMA Blitar, Boediono memang tergolong anak cerdas. Pendiam, tapi suka nonton film koboi. Meski tak banyak bicara, ternyata Beliau cepat tanggap terhadap humor. Pada tahun 1967, Beliau berhasil mengantongi gelar Bachelor of Economics (Hons) dari Universitas Wastern Australia. Merasa tidak puas, Beliau melanjutkan pendidikan ke jenjang Master di Universitas Monash, Melbourne. Lima tahun kemudian gelar Master of Economics berhasil disandang. Menikah dengan Herawati, yang sudah dikenalnya sejak sama-sama di Blitar, tahun 1969. Beliau mempunyai dua orang anak, Ekarini dan Kurniawan.
Tahun 1969, Beliau menjadi Internal Auditor Bank of America cabang Jakarta, yang dijalaninya sampai 1970. Pada tahun 1972 ia memperoleh gelar Master of  Economics dari Monash University, Australia. Tahun 1973 ia menjadi Wakil Direktur Workshop Purnasarjana Ekonomi dan Pertanian UGM. Jabatan ini dijalaninya hingga 1975. Tercatat sebagai dosen UGM tahun 1974 di Fakultas Ekonomi. Pada tahun 1979 Beliau mendapatkan gelar doktor di bidang ekonomi dari Wharton School University of Pennsylvania, Amerika Serikat, salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia. Dari sini tampaknya Beliau menikmati karirnya sebagai guru dan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Tahun 1999 Beliau mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana. Dan tahun 2006, Beliau mendapat gelar Profesor dari Universitas Gadjah Mada.
Karirnya memang menanjak, Pak SBY mengatakan bahwa Boediono adalah seorang muslim yang lurus, jujur, sederhana, konsisten dan toleran. Selain itu, Boediono adalah seorang teknokrat dan ekonom yang cerdas, ulet, keras dalam bekerja, bertanggung jawab, loyal, cermat, tidak grusa-grusu, serta jauh dari keinginan untuk mencari muka. 
 
 
Semoga bermanfaat :)        

No comments:

Post a Comment