Ibnu Umar berkata:
"Demi Dzat yang di tangan-Nyalah jiwa Ibnu Umar, jika seseorang memiliki emas setinggi gunung Uhud dan membelanjakannya di jalan Allah, Dia tidak akan menerima amal orang tersebut kecuali dia beriman kepada takdir Allah." Kemudian dia mengutip hadits Rasulullah SAW: "Iman adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, seluruh utusan-Nya, hari kiamat dan kepada takdir-Nya, baik atau buruk."
Dalam riwayat ini Abdullah bin Umar bersumpah dengan nama Allah, bahwa berapa pun banyaknya harta yang dibelanjakan di jalan Allah, tidak peduli berapa banyak kebajikan yang dikerjakan, sesungguhnya itu tidak akan mendatangkan pahala atau keuntungan bagi orang yang mengerjakannya kecuali jika dia percaya kepada takdir Allah SWT. Karena percaya atau beriman kepada takdir Allah SWT adalah salah satu rukun iman sebagaimana disinggung oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits shahih, yang dikenal sebagai hadits Jibril, yaitu tatkala Jibril mengunjungi Rasulullah dalam bentuk manusia di depan sejumlah sahabat kemudian bisa bertanya kepada beliau tentang Islam dengan tujuan mengajari kaum muslimin tentang iman. Hadits ini adalah dalil bagi apa yang diutarakan Ibnu Umar tentang iman terhadap takdir Allah SWT.
Hikmah yang terkandung dalam riwayat ini:
- Rukun iman ada enam, maka kurang dari salah satu dari keenamnya batallah iman seseorang.
- Kebaikan dan keburukan adalah takdir Allah SWT.
- Boleh bersumpah untuk sesuatu yang berguna bagi masyarakat (Jama'ah).
- Keutamaan menegaskan kebenaran suatu hukum dengan bersumpah atas-Nya.
- Takdir terdiri atas empat tingkatan: 1. Allah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi, 2. Allah mentakdirkan segala peristiwa sebelum penciptaan segala sesuatu, 3. kehendak-Nya tak terelakkan, dan tidak ada yang mampu menolak kehendak-Nya, 4. Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan tidak ada sekutu bagi-Nya, segala sesuatu selain Dia hanyalah makhluk belaka.
- Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya diatas bahwa iman adalah percaya kepada takdir baik dan buruknya, sementara dalam hadits lainnya beliau bersabda: ".......dan kejahatan atau kejelekan itu bukan berasal dari Engkau....".
Tidak ada kontradiksi dalam hal ini, karena yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Allah menciptakan kejelekan kemudian mentakdirkannya bagi seseorang, akan tetapi Dia tidak berbuat kejelekan. Dengan kata lain ketika Allah SWT mentakdirkan kejelekan bagi seseorang, maka menurut sudut pandang orang tersebut itu adalah kejelekan yang menimpa dirinya. Padahal sebenarnya itu adalah sesuatu balasan dari Allah SWT atas dosa-dosa yang pernah dia perbuat. Dalam pandangan Allah SWT itu bukanlah sesuatu kejelekan, karena itu mencerminkan hikmah serta keadilan Allah SWT.
Diriwayatkan dari Ubadah bin As-Shamit, dia berkata kepada anaknya: "Wahai anakku! Kamu tidak akan pernah merasakan keimanan sejati hingga kamu menyadari bahwa apa yang telah digariskan bagimu tidak akan luput darimu, dan apa yang tidak digariskan bagimu pasti tidak akan menimpamu. Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah pena (Kalam). Dia memerintahkannya untuk menulis, dia berkata: Tuhanku! Apa yang harus aku tulis? Allah berkata: "Tulislah segala yang sudah ditakdirkan bagi segala sesuatu hingga datangnya hari kiamat. "Wahai anakku! aku mendengar Rasulullah bersabda: "Barangsiapa mati dengan tidak meyakini hal ini, bukan dari golonganku." Dalam riwayat lain oleh Imam Ahmad, diriwayatkan: "Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah pena, Dia berkata kepadanya: "Tulislah," maka pada saat itu ditulislah segala yang akan terjadi hingga hari kiamat. Dalam riwayat lain dari Ibnu Wahab, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa tidak beriman kepada takdir, baik atau buruknya, maka akan dibakar dalam api neraka."
Hikmah yang terkandung dalam hadits ini:
- Keutamaan seseorang ayah menasehati anaknya.
- Pemahaman mendalam para sahabat berkenaan dengan iman terhadap qadha dan qadar Allah SWT serta iman terhadap-Nya.
- Makhluk pertama yang diciptakan Allah SWT adalah pena (Kalam).
- Sifat Allah SWT "al-Kalam".
- Barangsiapa menolak qadar Allah SWT maka dia kafir.
- Amal terakhir seseorang adalah yang paling utama.
- Penegasan siksa Allah SWT bagi mereka yang mendustakan qadar Allah SWT.
Catatan Penting:
Manakah yang diciptakan lebih dahulu, pena (Kalam) atau Arsy?
Dijelaskan bahwa singgasana (Arsy) diciptakan lebih dahulu sebagian pendapat menyatakan bahwa kalamlah yang terlebih dahulu. Mereka yang condong kepada kalam mengutip hadits di atas sebagian dalil serta memahami kata al-kalam sebagai objek kata kerja "Menciptakan" sementara mereka yang lebih condong kepada Arsy mengutip sejumlah hadits sahih sebagai dalil, karenanya mereka memahami hadits diatas berbunyi "Sesungguhnya, segera setelah mencipta kalam, Allah memerintahkannya untuk menulis......."
Sumber: Buku The Book Of Tawheed - Pengarang Imam Muhammad ibn Abdul Wahab.
Semoga Bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment